Faktor Perkembangan Anak
Pada seminar kali ini, dengan tema “Psikologi Perkembangan Anak”, Ibu Rahmi Dahnan selaku pengasuh “Yayasan Kita dan Buah Hati dan juga tenaga psikolog di KMC” mengawali pemaparan materinya terkait faktor-faktor utama yang mempengaruhi perkembangan anak. Menurut Ibu Rahmi, ada dua faktor utama yang mempengaruhi perkembangan seorang anak, yaitu faktor keturunan dan faktor pola asuh. Kedua faktor ini berperan penting dalam masa-masa usia dini setiap anak. Faktor keturunan berperang penting karena terdapat hubungan gen antara orang tua dengan anak. Sehingga, seorang anak akan menggambarkan bentuk dan fisik yang diwariskan dari orang tuanya.
Selain faktor keturunan, faktor pola asuh juga menempati peranan yang tidak kecil dalam diri anak. Bahkan menurut Ibu Rahmi, faktor ini memiliki pengaruh yang sangat signifikan dibandingkan dengan faktor keturunan. Jika faktor keturunan diwariskan, maka faktor pola asuh ini ditularkan, diajarkan melalui media pendidikan dan pembiasaan sejak kecil. Mulai dari prilaku, sikap dalam berbicara, cara merespon segala hal yang berkaitan dengan anak, dan sebagainya. Mungkin atas dasar inilah, sehingga pola asuh memiliki peranan yang cukup besar dibandingkan faktor keturunan dalam perkembangan anak.
Pendidikan Awal
Kemudian, pesan kedua yang Ibu Rahmi Dahnan sangat tekankan dalam sela-sela penyampaiannya ialah pentingnya pendidikan awal melalui pembiasaan bagi anak. Pendidikan awal dalam konteks ini diberikan kepada anak melalui pembiasaan yang dilatih sejak dini agar kelak menjadi karakter dalam kehidupannya. Dengan kata lain, pendidikan awal ini bertujuan untuk menciptakan kebiasaan baik sejak dini dalam diri anak. Pendidikan awal ini ditempuh dengan memberikan pengenalan Bahasa kepada buah hati. “Bahasa perlu dikenalkan kepada buah hati sejak dini karena menjadi media komunikasi dalam kehidupan sehari-hari”, ujar Ibu Rahmi.
Pengenalan Bahasa yang baik sangat penting diberikan kepada anak secara bertahap sejak dini. Melalui pembiasaan ini, diharapkan ketika besar sudah menjadi terbiasa dan tidak canggung lagi dalam mengutarakan dan menyampaikan pendapatnya. Ia akan menemukan kemudahan dalam berkomunikasi karena sudah terbiasa sejak dini. Berbeda dengan seorang anak yang kurang mendapat perhatian dalam pengenalan bahasa sejak dini, ia akan mengalami kesulitan ketika kelak sudah besar. Hal ini disebabkan kebiasaan-kebiasaan sejak kecil akan sulit ditinggalkan, apalagi jika hal itu sudah menjadi karakter bagi anak. Akibatnya, dalam usia sekolah, ia akan menemukan kesulitan-kesulitan dalam berkomunikasi, baik dalam menyampaikan pendapatnya, ataupun sekedar bertanya tentang sesuatu yang ingin diketahuinya. Dengan demikian, ini akan menjadi kendala dalam proses belajarnya.
Ibu Rahmi memberikan contoh bahwa pengenalan bahasa pada anak hendaknya yang sudah baku dan benar. Pengenalan bahasa yang benar sejak dini menjadi penting karena berkaitan dengan sistem kerja otak. Pengenalan bahasa benar sejak dini akan meringankan sistem kerja otak pada anak. Hal ini disebabkan karena jaringan sel pada otak anak akan terbentuk berdasarkan pengalaman yang ia terima. Penanaman hal-hal yang benar sejak dini, termasuk bahasa memberikan kemudahan kerja otaknya dalam penerimaan hal-hal lain yang bersangkutan dengannya di kemudian hari. Otak akan terus merangkai sel-sel seiring dengan bertambahnya pemahaman seorang anak. Pemahaman yang kurang benar, tentu akan merusak rangkaian-rangkaian sel otak tersebut. Olehnya, perlu pendidikan yang benar sejak dini, termasuk bahasa. Contoh pengenal bahasa yang benar pada anak, misalnya mengajarkan anak sejak dini mengucapkan kata makan, bukan “mam-mam atau mammam”; kata ayah atau bapak, bukan “papa”; kata Ibu atau Bunda, bukan “mama”, dan lain sebagainya. Begitupun dalam struktur bahasa yang benar, hendaknya sudah dibiasakann sejak dini. Misalnya, rumah itu sangat besar, bukan rumah itu sangat gede, dan sebagainya.
Aspek Perkembangan Anak
Ulasan utama Ibu Rahmi dalam kesempatan kali ini menampilkan 5 aspek dalam perkembangan anak, yaitu:
1. Fisik
2. Mental
3. Sosial Emosional
4. Spritual, dan
5. Seksual
Pada pemaparan Ibu Rahmi, kelima aspek di atas hendaknya sudah ditanamkan pada anak-anak sejak dini secara bertahap. Aspek-aspek tersebut memiliki peranannya masing-masing dalam perkembangan anak, sehingga tidak dapat diabaikan salah satunya. Kelima aspek ini memiliki keterkaitan atau saling menguatkan antara bagian yang satu dengan bagian yang lainnya. Beberapa ulasan Ibu Rahmi dari kelima aspek tersebut sebagai berikut:
3. Sosial Emosional
4. Spritual, dan
5. Seksual
Pada pemaparan Ibu Rahmi, kelima aspek di atas hendaknya sudah ditanamkan pada anak-anak sejak dini secara bertahap. Aspek-aspek tersebut memiliki peranannya masing-masing dalam perkembangan anak, sehingga tidak dapat diabaikan salah satunya. Kelima aspek ini memiliki keterkaitan atau saling menguatkan antara bagian yang satu dengan bagian yang lainnya. Beberapa ulasan Ibu Rahmi dari kelima aspek tersebut sebagai berikut:
1) Aspek Fisik, fisik yang sehat dan baik sejak kecil sangat menentukan masa depan setiap anak. Perkembangannya perlu mendapat perhatian ketika seorang anak masih kecil, demikian penegasan yang disampaikan Ibu Rahmi. Lebih lanjut, selaku narasumber, ia menegaskan bahwa terdapat pesan Nabi yang sangat baik dalam menunjang perkembangan fisik anak. Pesan tersebut ialah ajarilah anak-anakmu berenang, memanah, dan naik kuda. Hadis yang dimaksud ialah:
عَنْ عَطَاءِ بْنِ أَبِي رَبَاحٍ قَالَ : رَأَيْتُ جَابِرَ بْنَ عَبْدِ اللهِ وَجَابِرَ بْنَ عُمَيْرٍ الأَنْصَارِيَّيْنِ يَرْمِيَانِ فَقَالَ أَحَدُهُمَا : لِصَاحِبِهِ سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ : كُلُّ شَيْءٍ لَيْسَ فِيهِ ذِكْرُ اللهِ فَهُوَ لَهْوٌ وَلَعِبٌ إِلاَّ أَرْبَعَ ، مُلاَعَبَةُ الرَّجُلِ امْرَأَتَهُ ، وَتَأْدِيبُ الرَّجُلِ فَرَسَهُ ، وَمَشْيُهُ بَيْنَ الْغَرَضَيْنِ ، وَتَعْلِيمُ الرَّجُلِ السَّبَّاحَةَ.
Artinya: “Segala sesuatu yang di dalamnya tidak mengandung dzikrullah merupakan perbuatan sia-sia, senda gurau, dan permainan, kecuali empat (perkara), yaitu senda gurau suami dengan istrinya, melatih kuda berlatih memanah, dan mengajarkan renang.” (HR. al-Nasa’i).
Hadis di atas dalil yang Shahih terkait keutamaan mengajarkan renang, memanah, dan berkuda pada anak. Adapun yang perlu dipahami bahwa dalil yang amat populer di tengah masyarakat bahwa ada perintah untuk mengajarkan anak-anak berenang, termasuk di dalamnya memanah dan menunggang kuda, ternyata bukan hadits nabi. Para ulama umumnya menyebut perintah itu merupakan perintah dari Umar bin Al-Khattab r.a., yaitu:
(عَلِّمُوا أَوْلاَدَكُم السِّبَاحَةَ وَالرِّمَايَةَ وَرُكُوْبَ الخَيْلِ).
Ketiga hal ini menurut Ibu Rahmi sangat baik diajarkan kepada anak sejak kecil untuk merangsang perkembangan fisiknya yang sehat. Berenang misalnya sangat baik untuk kesehatan jantung dan organ fisik lainnya, memanah mengajarkan konsentrasi pada anak, demikian juga berkuda mengajarkan pengendalian diri pada anak.
2) Aspek mental, aspek ini berhubungan dengan kognitif, ujar Ibu Rahmi di sela-sela pembicaraannya. Ranah kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental (otak). Tujuan pendidikan pada aspek ini di antaranya berorientasi pada kemampuan berfikir anak yang mencakup kemampuan intelektual yang lebih sederhana, yaitu mengingat, sampai pada kemampuan memecahkan masalah. Menurut ibu Rahmi, hal ini dapat dilakukan dengan pembiasaan karakter yang baik pada anak. Sebagaimana halnya dengan aspek fisik, memiliki keterkaitan yang erat dengan aspek mental untuk ditanamkan pada anak sejak dini. Bentuk pengawasan dan pembiasaan adab adalah dua hal yang sangat perlu diperhatikan untuk menanamkan kedua aspek di atas. Melalui pembiasaan karakter yang disertai bentuk pengawasan yang baik, sistem berpikir anak akan terbangun karena pada masa-masa ini otak anak bekerja untuk saling mengaitkan antara satu informasi dengan informasi lainnya. Anak yang memiliki mental yang baik akan menampakkan kecerdasannya karena dapat berkosentrasi penuh ketika belajar. Karenanya, menurut ibu Rahmi, tidak ada anak yang bodoh, tetapi yang ada bahwa banyak anak yang kehilangan waktu ketika belajar sehingga pembelajarannya terhambat. Dengan kata lain, di antara anak ada yang perlu waktu yang cukup banyak dalam memahami sesuatu dibandingkan dengan anak-anak lainnya.
3) Aspek sosial emosional, aspek ini berkaitan dengan pendidikan anak yang lebih kompleks. Pada tahap ini seorang anak diharapkan dapat berkomuniasi dengan baik terhadap lingkungan sekitarnya. Seorang anak diharpakan tidak hanya mengetahui lingkungan sekitarnya, tetapi juga dapat berinterkasi dengan baik. Pada masa-masa perkembangan social-emosional anak, proses pendidikan akan mengalami naik turun, atau tidak linear. Maksudnya kurang lebih bahwa pendidikan anak pada tahap ini perlu pengarahan sekaligus kontrol dari orang tua. Pada praktiknya, tidak semua pertanyaan anak perlu di jawab atau ditanggapi. Setiap pendidik perlu mengetahui batasan-batasan pengetahuan yang perlu diketahui anak sesuai umurnya. Ini juga dimaksudkan agar pada diri anak terbangun rasa tanggung jawab dan memiliki kontrol diri. Disamping itu, untuk membentuk sosial-emosional anak yang baik perlu pendidikan yang berorientasi self- regulation. Artinya, terdapat aturan atau tolak ukur serta pencapaian yang jelas dalam mendidik anak. Menurut ibu Rahmi, seorang pendidik juga sangat penting menunjukkan sikap ketidaksetujuan terhadap tindakan anak yang tidak baik.
4) Aspek spiritual, pendidikan spiritual pada anak bertujuan untuk pengendalian diri atau emosi. Kontrol spiritual ini dibina untuk menumbuhkan nilai-nilai luhur pada anak. Seorang pendidik tidak hanya fokus pada sisi pengetahuan saja, tetapi juga sudah berorie ntasi pada penanaman nilai-nilai pendidikan dalam setiap hal yang dihadapi seorang anak. Tauladan dan pembiasaan yang konsisten serta disertai pengawasan merupakan cara baik menanamkan nilai spiritual pada diri anak.
5) Aspek seksual, pada aspek ini ditanamkan pada diri anak agar mereka menyayangi diri mereka sendiri. Ditanamkan pada anak bahwa mereka memiliki jati diri yang mahal, mulia dan terhormat agar mereka menyadari pentingnya menjaga diri. Diri mereka adalah amanah yang dianugerahkan Allah sehingga perlu dijaga sesuai tuntunan agama. Orang tua perlu menanamkan adab yang baik berupa kejujuran dan cara berkomunikasi yang baik. Ini diharapkan seorang anak dapat mengatakan sebagaimana yang mestinya dalam berinteraksi sehingga tidak mudah terbawah pengaruh negatif lingkungannya. Ibu Rahmi menekankan lebih lanjut bahwa yang diharapkan adalah pengembangan seksualitas yang sehat, lurus dan benar.
SEKIAN
Sumber SQ Blog
Tidak ada komentar:
Posting Komentar